JAKARTA - Permukiman masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten usai Lebaran 1446 Hijriah/2025 Masehi masih sepi dari kunjungan wisatawan.
"Sudah dua hari ini masih sepi pengunjung yang datang ke sini," kata Sekretaris Desa Kanekes Kabupaten Lebak Medi saat dihubungi di Rangkasbitung, Lebak, Rabu.
Pengunjung Seba Badui usai Lebaran relatif kecil dibandingkan liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 hingga menimbulkan antrean kendaraan 2 kilometer.
Penyebab menurunnya Seba Badui itu akibat berbagai faktor antara lain cuaca buruk yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang dan petir/kilat.
Selain itu juga masih memasuki bulan Kawalu atau bulan larangan adat.
Dengan demikian, sepinya pengunjung Seba Badui dipastikan berdampak ratusan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerah itu, seperti perajin kain tenun, aneka makanan, minuman dan kerajinan souvenir.
"Kami berharap kedepannya pengunjung Seba Badui ramai dan bisa menyumbangkan ekonomi masyarakat adat khususnya pelaku UMKM itu," katanya menambahkan, dikutip Antara.
BACA JUGA:
Jali, seorang pelaku UMKM khas kerajinan masyarakat Badui mengatakan sepinya pengunjung wisatawan berdampak terhadap omzet pendapatan menurun drastis hingga 95 persen.
Meskipun omzet menurun drastis, para pedagang tetap bertahan sambil duduk-duduk di bale rumah menunggu konsumen.
Begitu juga Munah, seorang pedagang di Kadu Ketug, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak. Ia mengaku jumlah kunjungan wisatawan turun drastis.
"Meski wisatawan sepi, kami tetap berjualan," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, pelaku UMKM yang berjualan aneka kerajinan Badui itu di antaranya kain tenun, pakaian batik, kaos, tas koja, suvenir, golok, minuman jahe, gula aren, lomat, selendang, dan madu.
Produk kerajinan Badui itu dijual mulai Rp10 ribu sampai Rp350 ribu, dan sebagian besar pembelinya wisatawan.