JAKARTA - Pengusaha nasional Ricky Sutanto menyesalkan sikap pemerintah yang menolak gagasannya tentang pembangunan taman berdoa terbesar dunia atau yang disebut Garden of Prayer. Ia menilai keberadaan taman berdoa bagi umat beragama itu penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari pendapatan devisa negara.
“Bila itu terbangun (Garden of Prayer), menurut perhitungan saya, setiap kepala keluarga Indonesia bisa diberikan bonus oleh pemerintah 700 dollar AS per bulan,” ujar Ricky saat berbincang bersama Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang pada Rabu, 2 April 2025.
Menurut Ricky, konsep Garden of Prayer telah ia tulis dalam bukunya yang cukup fenomenal berjudul “2015 Kita Terkaya Dunia No. 5” yang terbit pada 2004. Ia mengaku telah mengajukan gagasan tersebut di era Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden ke-7 Joko Widodo, namun sayangnya tidak diwujudkan.
“Saya berharap Presiden Indonesia merestui ide itu menjadi proyek nasional. Sayangnya presiden sebelum pak Prabowo kurang memperhatikannya,” kata dia.
Ricky yang pernah mengajukan diri sebagai bakal calon presiden pada Konvensi Rakyat Calon Presiden RI 2014 tersebut menjelaskan, taman berdoa merupakan simbol kerukunan umat beragama di dunia. Bangunannya terdiri dari rumah ibadah 6 agama resmi di Indonesia yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
“Tuhan telah memilih Indonesia untuk menjadi bangsa teladan kerukunan umat beragama dunia. Maka perlu dibangun suatu taman berdoa untuk semua agama di mana ada Masjid, Gereja, Pura, dan Vihara yang terbesar dunia,” kata Ricky.
Salah satu pendiri Blossom Group itu meyakini gagasan ini menghasilkan pendapatan besar bagi devisa negara karena akan dikunjungi masyarakat dunia. Ia mencontohkan bagaimana Arab Saudi menjadi negara kaya dari hasil kunjungan umat muslim seluruh dunia. “Arab sudah tidak terlalu mementingkan gas dan minyak, tapi wisata nomor satu. Mereka yang datang umrah, naik haji itu, luar biasa kontribusi kepada negara. Nah, bayangkan kalau ada Garden of Prayer itu seluruh umat agama akan datang ke Indonesia,” ujar Ricky.
Meskipun pemerintahan belum melaksanakan gagasannya tersebut, Ricky tetap optimististis pembangunan Garden of Prayer dapat terlaksana pada masa Presiden Prabowo Subianto. “Jangan bilang bisa atau tidak bisa ya, (tapi) mau atau tidak mau. Kalau nenek moyang kita bisa bangun Borobudur, Garden of Prayer itu kecil kita bisa bangun,” kata dia.

Total Amnesty Koruptor Solusi Percepatan Pembangunan di Indonesia
Ricky Sutanto menyarankan agar pemerintah memberlakukan kebijakan pemutihan kasus korupsi atau total amnesty. Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan salah satu solusi untuk mempercepat pembangunan bangsa dan negara.
“Dari dulu saya kampanye, saya sudah mengatakan kalau saya memimpin negara ini, seluruh kasus korupsi diputihkan, total amnesty,” kata Ricky kepada Eddy Wijaya.
Pengusaha kelahiran Bandung, Jawa Barat, 6 Juni 1950 itu menjelaskan, pengampunan total akan mendorong koruptor yang kabur ke luar negeri bisa kembali ke Tanah Air mengabdi untuk negara. “Koruptor ini jika dimaafkan sudah luar biasa. Mereka orang pintar dan akan merasa utang budi,” ucapnya.
Ricky menambahkan pemberlakukan total amnesty bagi koruptor juga bakal berdampak pada kinerja pemerintah yang selama ini cukup terkuras untuk mengungkap kasus korupsi. “Tapi kita tidak bermaksud pro terhadap koruptor, kita mau carikan solusi total,” katanya.
BACA JUGA:
Siapa Eddy Wijaya Sebenarnya, Begini Profilnya
Sosok Eddy Wijaya adalah seorang podcaster kelahiran 17 Agustus 1972. Melalui akun YouTube @EdShareOn, Eddy mewawancarai banyak tokoh bangsa mulai dari pejabat negara, pakar hukum, pakar politik, politisi nasional, hingga selebritas Tanah Air. Pria dengan khas lesung pipi bagian kanan tersebut juga seorang nasionalis yang merupakan aktivis perjuangan kalangan terdiskriminasi dan pemerhati sosial dengan membantu masyarakat lewat yayasan Wijaya Peduli Bangsa.
Ia juga aktif di bidang olahraga dengan menjabat Ketua Harian Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) Pacu dan juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jakarta Timur. Gagasan-gagasannya terbentuk karena kerja kerasnya untuk mandiri sejak usia 13 tahun hingga sukses seperti sekarang. Bagi Eddy, dunia kerja tidak semulus yang dibayangkan, kegagalan dan penolakan menjadi hal biasa. Hal itulah yang membuatnya memegang teguh tagline “Sukses itu hanya masalah waktu”. (ADV)